3 Pelajaran Positif Dari Masa Kampanye Pilpres 2019

Pemilihan umum 2019 semakin dekat saja. Kurang dari tiga bulan lagi, tepatnya tanggal 17 April mendatang, rakyat Indonesia yang menjadi pemilih tetap akan memberikan suara demi memilih presiden dan wakil-wakil rakyat. Memang, pemilu tahun ini berbeda dengan pemilu-pemilu sebelumnya. Nanti, pemilu memilih presiden dan wakil rakyat secara bersamaan. Jadi, semakin banyak foto-foto yang bakal dicoblos hehehe.

Sebelum hari-H tiba, sudah menjadi adat, selalu ada masa kampanye. Pada masa kampanye tersebut, para capres-cawapres beserta tim pemenangan masing-masing dan caleg mengkampanyekan visi dan misi mereka jika terpilih.

Ada calon-calon yang memasang baliho dengan foto, poster hingga pembagian kalender demi mendapatkan simpati rakyat. Sejauh ini, itu yang saya ketahui di daerah saya.

Sementara itu, yang paling panas dalam masa kampanye ini adalah pertarungan dua capres-cawapres. Hampir setiap hari, bahkan mungkin setiap hari, selalu saja ada topik politik mulai dari berita hingga talk show. Khususnya di stasiun-stasiun televisi berita.

Mereka menghadirkan narasumber-narasumber yang berasal dari kedua kubu, para pengamat hingga lembaga survei. Dari yang pernah saya baca maupun tonton, hampir semua membuat darah saya mendidih, dan….mungkin Anda juga?

Saling hujat mengeluarkan kata-kata tidak pantas hingga saling serang pada acara-acara yang jutaan orang menonton mereka. Bahkan yang saya dan Anda lihat, lebih banyak “berantemnya” daripada menyampaikan visi misi calon yang mereka usung.

pilpres damai 2019

Inilah yang membuat sebagian penonton, termasuk saya, malas menonton acara-acara yang berbau politik di masa-masa kampanye ini. Adanya bikin marah terus.

Penyebaran HOAX dan ujaran kebencian semakin masif

Masih ingat kasus HOAX Ratna Sarumpaet kemudian kabar bohong surat suara yang sudah dicoblos dan lain-lain semakin membuat muak. Bukan hanya di media-media elektronik televisi tapi juga di dunia maya, khususnya media sosial.

Itulah mengapa saya sudah lama tidak aktif di media sosial. Saya bergabung dengan sebuah grup tentang pertanian. Tapi yang ada malah disusupi orang-orang atau akun-akun yang menyebarkan status-status politik dan menjelek-jelekkan salah satu paslon. Mulai dari itulah saya tidak membuka media sosial, setidaknya hingga saat ini.

Pelajaran dari masa kampanye pemilu 2019

Masa kampanye 2019 ini tidak melulu ditanggapi dengan negatif. Ada pelajaran-pelajaran positif yang bisa kita ambil.

Tidak mudah percaya berita

Masa kampanye berita-berita bohong semakin merajalela. Dari sini, kita dapat belajar untuk tidak mudah mempercayai sebuah berita yang sampai kepada kita, entah dari mana saja sumbernya. Meskipun itu media-media besar, orang-orang terpandang, orang-orang “alim”, orang-orang dengan pengikut banyak, kita menjadi tidak mudah percaya dengan apa yang mereka berikan.

Jangan percaya sebelum melakukan cek and ricek.

Budaya cek and ricek

Dari rasa tidak percaya tersebut, kita tentunya akan memeriksa, meneliti apakah berita atau pernyataan tersebut benar adanya atau hanya sebuah hoax. Jadi, tidak hanya satu sumber saja yang dicek tapi dari berbagai sumber. Kalaupun berita yang kita cek sama, belum tentu itu benar.

Maka sikap kita adalah tidak mudah mengeluarkan komentar.

Tidak mudah mengeluarkan komentar sembarangan

Seringkali jempol terasa gatal untuk mengetik komentar mengenai sebuah berita di media sosial. Namun, kadang pikiran yang terbawa emosi malah membuat jempol kepeleset dan menuliskan kata-kata tidak pantas.

Saya sering melihat dan membaca komentar-komentar yang sangat tidak enak, mulai dari umpatan hingga bullying ada di berbagai media sosial, khususnya pada masa kampanye ini. Hanya karena komentar-komentar mereka, kenikmatan bermedia sosial menjadi hilang.

Ketika sudah cek dan ricek berita, tentu ada waktu bagi pikiran untuk berpikir tenang. Berpikir dulu sebelum ngomong atau ngetik. Jika itu dilakukan, maka keinginan untuk mengomentari atau membalas komentar akan hilang, meskipun merasa benar.

Itulah tiga pelajaran-pelajaran positif yang saya dan mungkin Anda bisa ambil dari masa-masa kampanye pemilu 2019, khususnya Pilpres.

Boleh kita mengalamatkan pilihan kita pada salah satu paslon capres-cawapres. Tapi bukan berarti kita dapat mudah terjebak pada berita bohong yang tanpa memeriksa kebenarannya, membuat kita mudah melontarkan atau mengetikkan ujaran negatif.

Satu yang pantas saya dan Anda lakukan adalah berdoa untuk kedamaian, kesatuan dan kemakmuran negeri ini, siapapun pemimpinnya.

Demikian tulisan ngawur saya yang lebih mirip pidato atau mungkin ceramah ini hehehe.

Bagaimana dengan Anda, adakah pelajaran positif yang Anda dapatkan dari pertarungan dua pasangan capres-cawapres di masa kampanye ini?

Artikel Lainnya

Contoh Teks Deskripsi Bahasa Jawa Tentang Candi Borobudur

Karangan Narasi Dalam Bahasa Jawa Beserta Contoh dan Terjemahannya

Contoh Percakapan Bahasa Jawa Antara Bapak dan Anak