Vietnam Semakin Di Depan, Timnas Indonesia Kapan?

Vietnam menyusul Thailand sebagai wakil negara zona AFF yang mampu lolos ke babak knockout Piala Asia 2019. Tentu saja ini sebuah prestasi yang sangat membanggakan. Kalau Thailand bagi saya sudah sangat wajar. Tapi, untuk Vietnam, rasa-rasanya, sungguh luar biasa.

Mereka mengejutkan Asia setelah menjadi runner up Piala Asia U-22. Kemudian pentas Piala AFF 2018 mereka rengkuh setelah melibas tim kuat Malaysia. Iri saya dan mungkin para penggemar sepakbola Indonesia lainnya jika melihat negara yang di pertengahan 90-an masih berjuang dan masih di bawah tim nasional Indonesia.

Sekarang, kita lihat, bagaimana mereka telah selangkah meninggalkan timnas kita, yang kita gembar-gemborkan kejayaan masa lalu. Bahwa timnas kita pernah menjadi macan Asia.

timnas indonesia garuda

Bahkan ibarat sebuah tubuh, sepakbola Indonesia sedang mengalami sakit menahun, yang entah bisa sembuh atau tidak. PSSI masih sibuk berusaha mengobati penyakit di dalam tubuhnya. Bukan hanya satu jenis penyakit saja, tapi sudah menjalar ke mana-mana. Masih ingat beberapa tahun lalu, kasus dualisme persepakbolaan yang membuat muak para pecinta bola di negeri ini.

Lalu, PSSI dan timnas Indonesia mendapatkan sanksi dari FIFA berupa larangan menyelenggarakan dan mengikuti ajang kejuaraan sepakbola. Ini merupakan salah satu periode terburuk dalam sejarah persepakbolaan negri ini. Baru-baru ini, muncul kasus mafia bola yang memalukan.

Bukannya berkurang penyakit, malah semakin parah penyakit. Perlahan-lahan penyakit-penyakit tersebut menggerogoti persepakbolaan kita. Jika sudah tidak mampu mengatasi, bisa jadi tubuh yang sakit ini menjadi lumpuh tak berdaya.

Timnas apalagi. Sudah hampir dua dekade sejak meraih medali emas SEA Games 1991, timnas Indonesia nirgelar.

Sering menjadi unggulan, tapi akhirnya jadi tertawaan.

Lihat saja negara-negara lain misalnya Thailand, Vietnam, Malaysia semakin superior di kawasan Asia Tenggara. 

Filipina dan Myanmar sudah mulai menunjukkan bahwa kekuatan mereka sudah tidak bisa dianggap enteng. Terutama Filipina. Negara yang beberapa tahun lalu kerap kali menjadi bulan-bulanan timnas negara lain, kini sudah menapakkan kaki di Piala Asia. Peringkat FIFA pun berbicara. Filipina berada di posisi 116, sedangkan Indonesia di peringkat 159.

Sedangkan Vietnam sekarang sedang menikmati posisinya sebagai raja Asia Tenggara dengan menduduki peringkat teratas di peringkat 100.

Melihat negara-negara seperti Vietnam, Thailand dan Filipina yang sudah semakin di depan, haruskah PSSI berdiam diri saja?

Sekarang kasus mafia bola sudah mulai terungkap dan bahkan lebih dari sepuluh pelaku telah ditangkap oleh satgas anti mafia bola. Namun, ini merupakan salah satu cara mengatasi penyakit di tubuh persepakbolaan negeri ini.

Rangkap jabatan ketua umum PSSI pun dianggap sebagai salah satu faktor keruhnya situasi di dunia sepakbola Indonesia. Seorang yang memiliki jabatan penting lain harus membagi pekerjaan berat lain di PSSI tentu tidak bisa membuatnya fokus dalam bekerja.

PSSI pun bakal menggelar Kongres Tahunan 20 Januari di Bali. Apakah nanti ada agenda ganti ketum? Saya tidak tahu. Tapi semoga iya.

Kongres semoga membawa hasil positif bagi persepakbolaan Indonesia ke depan. Hasil yang mampu membawa timnas Indonesia kembali bangkit dan berlari mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain.

Sungguh, semua orang tahu, betapa fanatik orang-orang negeri ini dengan sepakbola. Namun apakah kami sebagai pecinta sepakbola hanya akan disuguhi drama-drama dan intrik di tubuh PSSI.

Apakah kami sebagai pecinta sepakbola tanah air tidak boleh merasakan kebahagiaan menjadi juara seperti halnya yang dirasakan fans Vietnam?

Artikel Lainnya

Contoh Teks Deskripsi Bahasa Jawa Tentang Candi Borobudur

Karangan Narasi Dalam Bahasa Jawa Beserta Contoh dan Terjemahannya

Contoh Percakapan Bahasa Jawa Antara Bapak dan Anak