Bunyi Vokal Bahasa Jawa dan Cara Pengucapannya
Ketika saya membaca penjelasan di situs Wikipedia mengenai huruf-huruf vokal bahasa Jawa dan cara pengucapannya, saya berpikir apakah untuk pemula ini akan mudah untuk dipelajari. Apalagi dalam bahasa tulisan, tentu lebih tidak mudah khususnya untuk orang yang bukan penutur Jawa.
Pada postingan kali ini, Jawalogger akan memberikan penjelasan tentang teknik mengucapkan bunyi vokal dalam bahasa Jawa yang semoga bisa dipahami dengan mudah.
Sama seperti dalam bahasa Indonesia, bunyi vokal dalam bahasa Jawa sangat penting untuk memahami makna suatu kata. Salah pengucapan bisa merubah arti, apalagi dalam bahasa penulisan.
Bunyi vokal dalam bahasa Jawa
1. Vokal "a"
Vokal "a" biasa diucapkan dengan dua cara yaitu :
>> "a" diucapkan sebagai "å" biasa seperti huruf "o" pada kata "Lorong, Kingkong". Bunyi "å" ini dinamakan pelafalan dalam posisi terbuka. Artinya, sebuah kata yang terdapat "å" di dalamnya tapi pada akhir suku katanya tidak tertutup oleh konsonan.
Contoh :
Lårå
Mårå
dll.
NB :
Pemberian aksen di atas hanya sebagai contoh. Dalam tulisan Jawa latin biasanya hanya ditulis dengan "a" saja.
>> "a" diucapkan sebagai huruf "a" biasa seperti pada kata "Saya dan Pada". Bunyi ini dinamakan pelafalan dalam posisi tertutup. Artinya, sebuah kata yang terdapat "a" di dalamnya tertutup oleh konsonan pada akhir suku katanya.
Contoh :
Bapak
Dalan
Kurang
dll.
Anda lihat, pada contoh kata-kata di atas pada akhir suku kata selalu diakhiri dengan huruf konsonan.
2. Vokal "i"
Sama seperti vokal "a", vokal "i" juga diucapkan dengan dua cara yaitu :
>> "i" diucapkan sebagai "i" biasa seperti kata "Siri, Dini". Bunyi "i" ini dinamakan pelafalan dalam posisi terbuka. Artinya, sebuah kata yang terdapat "i" di dalamnya tapi pada akhir suku katanya tidak tertutup oleh konsonan.
Contoh :
Adhi
Iku
Kuwi
Panci
dll.
>> "i" diucapkan sebagai huruf "é" seperti pada kata "Lele, Beda". Bunyi ini termasuk dalam pelafalan posisi tertutup. Artinya, sebuah kata yang terdapat "i" di dalamnya tertutup oleh konsonan pada akhir suku katanya.
Contoh :
Mancing
Kancing
Apik
dll.
3. Vokal "u"
>> "u" dalam pelafalan posisi terbuka tetap dibaca "u" seperti pada kata "Kurus, Mulus". Bunyi "u" ini dinamakan pelafalan dalam posisi terbuka. Artinya, sebuah kata yang terdapat "u" di dalamnya tapi pada akhir suku katanya tidak tertutup oleh konsonan.
Contoh :
Kuru
Turu
Tuku
dll.
>> "u" dalam pelafalan tertutup dibaca "o" misal pada kata "Obat, Modal, Otak". Bunyi ini dinamakan pelafalan dalam posisi tertutup. Artinya, sebuah kata yang terdapat "u" di dalamnya tertutup oleh konsonan pada akhir suku katanya.
Contoh :
Munyuk
Kuthuk
Bluluk
Jaluk
dll.
NB :
"u" yang dicetak tebal dilafalkan dalam posisi tertutup. Sedangkan yang tidak ditebalkan dibaca "u" biasa.
4. Vokal "e"
Dalam vokal "e" ada tiga cara pengucapan yaitu :
>> "e" dibaca sebagai "ê" seperti pada kata "Pergi, Teman, Keluar".
Contoh :
Plêsir
Bangêt
Mumêt
Sênêng
dll.
>> "e" dibaca sebagai "é" seperti pada kata "Lele, Medan". Bunyi "é" ini dinamakan pelafalan dalam posisi terbuka. Artinya, sebuah kata yang terdapat "é" di dalamnya tapi pada akhir suku katanya tidak tertutup oleh konsonan.
Contoh :
Piyé
Baé
Kaé
Ngécé
dll.
>> "e" dibaca sebagai "è" seperti pada kata "Banteng, Benteng". Bunyi ini dinamakan pelafalan dalam posisi tertutup. Artinya, sebuah kata yang terdapat "è" di dalamnya tertutup oleh konsonan pada akhir suku katanya.
Contoh :
Kêthèk
Mêlèk
Kèlèk
Prèi
dll.
5. Vokal "o"
>> "o" dibaca sebagai "o" biasa seperti pada kata "Orang, Obat". Bunyi "o" ini dinamakan pelafalan dalam posisi terbuka. Artinya, sebuah kata yang terdapat "o" di dalamnya tapi pada akhir suku katanya tidak tertutup oleh konsonan.
Contoh :
Coro
Loro
Karo
Ora
Omah
dll.
>> "o" dibaca sebagai "ô" seperti pada kata "Balon, Lorong, Kolong". Bunyi ini dinamakan pelafalan dalam posisi tertutup. Artinya, sebuah kata yang terdapat "o" di dalamnya tertutup oleh konsonan pada akhir suku katanya.
Contoh :
Wông
Rôngpuluh
Gông
Kulôn
dll.
NB:
Pemberian aksen pada contoh di atas hanya sebagai contoh. Dalam tulisan Jawa latin biasanya hanya ditulis dengan "o" saja.