Mengenal Sandhangan Swara Dalam Tulisan Jawa
Seperti yang sudah saya janjikan sebelumnya, pada postingan kali ini akan membahas tentang sandhangan swara dalam tulisan aksara Jawa. Sandhangan swara fungsinya sama dengan harakat dalam penulisan Arab yaitu memberikan bunyi vokal.
Dalam penulisan Jawa, sandhangan vokal ada beberapa macam antara lain :
1. Suara "i" dilambangkan dengan sandhangan "wulu" berupa bulatan kecil di atas aksara nglegena. Untuk pengucapannya sendiri ada dua macam :
a. Diucapkan sebagai "i" seperti pada kata "ini".
Contoh :
iki==> ini
siji==> satu
b. Diucapkan sebagai "e" seperti pada kata "elok". Perhatikan huruf "
Contoh :
pitik (baca: pitek)==> ayam
kirik (baca: kirek)==> anak anjing
2. Suara "o" dilambangkan dengan sandhangan "taling tarung". Untuk pengucapannya juga ada dua macam :
a. Diucapkan dengan suara "o" seperti pada kata "koran", "sore".
Contoh :
obah==> bergerak
bocah==> anak kecil
b. Diucapkan sebagai "ô" seperti pada kata "lôrông", "gông", "wrông", "sông".
Contoh :
Wông==>orang
Gôsông==>hangus
3. Suara "u" dilambangkan dengan sandhangan "suku". Cara pengucapannya :
a. Diucapkan sebagai "u" seperti pada kata "bulu", "suku".
Contoh :
Ulem==>undangan
Uyah==>garam
b. Diucapkan sebagai "o" seperti pada kata "orang".
Contoh :
Imbûh==>tambah
Manûk==>burung
4. Suara "e" dilambangkan dengan sandhangan taling (untuk suara "e" dan "è") dan pêpêt (untuk suara "ê"). Cara pengucapannya :
a. Diucapkan sebagai "e" seperti pada kata "elok".
Contoh :
Edan==>gila
Desa==>desa
b. Diucapkan sebagai "è" seperti pada kata "kalèng", "sèng", "bèl".
Contoh :
Arèn==>pinang, aren
Akèh==>banyak
c. Diucapkan sebagai "ê" seperti pada kata "sêmpat", kêrtas, "lêlah".
Contoh :
Jênêng==>nama
Arêp==>mau, akan
Coba Anda praktikkan, mudah bukan?
Semoga bermanfaat :)